Sunday, 30 September 2012
Kewedanaan Krui.
PAKSI PAK SEKALA BRAK
Mengenai Saya
Foto Saya
PAKSI BUAY NYERUPA
SEKAM TETAP JADI RAJA SAMPAI AKHIR ZAMAN LAMON NYAWA KHIK LAMON
JELMA
Lihat profil lengkapku
KENUI BAHUTA
Arsip Blog
▼ 2009 (7)
► Oktober (1)
► Juli (1)
▼ Maret (5)
PERANGKAT ADAT PAKSI BUAY NYERUPA
TINGKATAN ADOK LAMPUNG
SILSILAH PEMUKA AGUNG BUAY NYERUPA
SEJARAH PAKSI BUAY NYERUPA
ASAL USUL ULUN LAMPUNG
Rabu, 18 Maret 2009
ASAL USUL ULUN LAMPUNG
PAKSI PAK SEKALA BEKHAK
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Skala Brak merupakan cikal bakal orang
Lampung, berita ini bukanlah cerita dongeng kesombongan yang selanjutnya
menjadi seperti banyak kerajaan yang dipaksa ada namun memiliki bukti –
bukti sejarah, diantaranya :
1. Prasasti Batu Bertulis Bunu Tenuar tahun saka 966 (1044 M) di Hara
Kuning desa hanakau sekarang.
Foto LITBANG IKPM Lam-Bar Yogyakarta
2. Prasasti yang terbuat dari tembaga kuningan Abad 17.M berasal dari
Kerajaan Sultan Banten( Sultan Muhasin Riwayat Syah ) ditujukan kepada
Sultan Buay Nyerupa, berisi tanda persaudaraan, dan hasil bumi.
Foto LITBANG IKPM Lam-Bar Yogyakarta
3. Tambo-tambo Paksi tebuat dari kulit kayu bertuliskan hurup
arab/melayu kuno dan hurup had Lampung asli, berisi silsilah keturunan,
sejarah serta batas - batas wilayah.
Foto LITBANG IKPM Lam-Bar Yogyakarta
Selain beberapa bukti diatas yang masih banyak lagi bukti lainya,
kebesaran nama skala brak bukan hanya dilihat dari cerita / warahan
turun temurun masyrakat Lampung yang masih ingat dengan darimana
keturunannya berasal, juga keeksistensianya baik berupa tradisi kerajaan
maupun seni budaya (tari, music, sastra lisan dll) pun dapat menjadikan
alur pemikiran kita yang mengetahuinya akan terbuka bahwa budaya
kerajaan skala brak begitu besar, luhur, indah, tertata dan beretika.
Dalam buku The History of Sumatra karya The Secretary to the President
and the Council of Port Marlborough Bengkulu William Marsdn 1779,
diketahui asal-usul Penduduk Asli Lampung. Didalam bukunya William
Marsdn mengungkapkan "If you ask the Lampoon people of these part, where
originally comme from they answere, from the hills, and point out an
island place near the great lake whence, the oey, their forefather
emigrated…". "Apabila tuan-tuan menanyakan kepada Masyarakat Lampung
tentang dari mana mereka berasal, mereka akan menjawab dari dataran
tinggi dan menunjuk ke arah Gunung yang tinggi dan sebuah Danau yang
luas.."
Dari tulisan ini bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud danau tersebut
ialah Danau Ranau. Sedangkan Gunung yang berada dekat Danau adalah
Gunung Pesagi, Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad
& Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga:
"Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik
tanoh pagaruyung pemerintah bunda kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh
di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai
urai ti usung dilom adat pusako" Terjemahannya berarti "Adat Lembaga
yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang,
Sezaman dengan ranah pagaruyung pemerintah bundo kandung, Naik di Gunung
Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek
moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak
pandai tata tertib tanda tidak berbangsa".
Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam
bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah
sebuah Kerajaan Kendali yang terletak diantara pulau Jawa dan Kamboja.
Prof. Wang Gungwu dalam majalah ilmiah Journal of Malayan Branch of the
Royal Asiatic Society dengan lebih spesifik menyebutkan bahwa pada tahun
tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560 dan 563 yang mulia Sapanalanlinda
dari Negeri Kendali mengirimkan utusannya ke Negeri Cina. Menurut L.C.
Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali Ibukota
Kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari
beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok
tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda
bukanlah suatu nama.
Hal diatas membuktikan bahwa pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan
Sekala brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai
berdirinya. Kerajaan Sekala brak ini dihuni oleh Buay Tumi dengan Ibu
Negeri Kenali dan Agama resminya adalah Hindu Bairawa. Hal ini
dibuktikan dengan adanya Batu Kepampang di Kenali yang fungsinya adalah
sebagai alat untuk mengeksekusi Pemuda dan Pemudi yang tampan dan cantik
sebagai tumbal dan persembahan untuk para Dewa.
Kerajaan Sekala brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan
Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri
Cina. Prof. Olivier W. Wolters dari Universitas Cornell, dalam bukunya
Early Indonesian Commerce, Cornell University Press, Ithaca, New York,
1967, hal. 160, mengatakan bahwa ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang
mengembangkan perdagangan dengan Cina pada abad 5 dan 6 yaitu Kendali di
Andalas dan Ho-lo-tan di Jawa. Dalam catatan Dinasti Liang (502-556)
disebutkan tentang letak Kerajaan Sekala brak yang ada di Selatan
Andalas dan menghadap kearah Samudra India, Adat Istiadatnya sama dengan
Bangsa Kamboja dan Siam, Negeri ini menghasilkan pakaian yang berbunga,
kapas, pinang, kapur barus dan damar.
Dari Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) yang di temukan di Bunuk
Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung yang pertama kali
ditemukan pada prasasti. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala
Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi. Prof. Dr. Louis-Charles
Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45,
diketahui nama Raja yang mengeluarkan prasasti ini tercantum pada baris
ke-7, menurut pembacaan Prof. Damais namanya adalah Baginda Sri
Haridewa.
Berdasarkan Warahan dan Sejarah yang disusun didalam Tambo, dataran
Skala Brak yang pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi ini
mengagungkan sebuah pohon yang bernama Belasa Kepampang atau nangka
bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka
dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah.
Keistimewaan Belasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan
dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun
jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan.
Karena keanehan inilah maka Belasa Kepampang ini diagungkan oleh suku
bangsa Tumi.
Dalam bukunya Masyarakat Dan Adat Budaya Lampung, menurut Prof. Hilman
Hadikusuma sekitar abad ke-12 daerah skala brak dan danau ranau sudah
dihuni oleh suku tumi yang dipimpin oleh Ratu sekar muong, kelompok ini
memuja sejenis pohong nangka bercabang, yang disebut melasa Kepampang.
Mereka menganut animisme bhairawa, di daerah tanjung meneng yang
terletak disebelah timur kenali terdapat batu bercabang dua yang disebut
batu kepampang. Terletak dalam berisan batu besar yang melingkar segi
empat. Tak jauh dari sini terdapat batu besar yang disebut rakyat “batu
begur”. Di Sukaupun terdapat batu bertulis tahun saka 966. Sementara
dalam tulisan Melawat Ke Sriwidjaja, yang mengutip buku Tiongkok
Kuno-nya Groeneveldt, tahun 454 dan 464 M tersebut sebuah kerajaan
bernama kendali. Tiap tahun, hingga abad ke-6 mereka membawa emas dan
perak ke Cina. Menurut pendapat L.C.Westenenk, nama Kendali bisa
dihubungkan dengan Kenali yang dalam perkembangan selanjutnya merupakan
Ibu negeri Buay Belunguh di Belalau. Peneliti sejarah belanda lain,
Latterlijk, Mengatakan Skala Brak itu berasal dari kata sekala dan
bekhak, sekala adalah nama sebuah pohom puar (puar Lako) yang buahnya
dapat digunakan untuk mengasami sayur (gulai), sedangkan bekhak dalam
bahasa Lampung berarti lebar atau besar. Diungkapkannya pula, pemimpin
dan rakyat dari Skala Brak itulah yang disebut orang Tumi. Letterlijk
melemparkan teka-teki: apakah kata Tumi itu ada hubungannya dengan orang
atau suku tamil di India? Berdasarkan kepercayaannya yang dianut dan
aksara yang terdapat dalam prasasti yang ditinggalkan, tumi dan Tamil,
punya kemiripan.
Ada empat orang raja dari Pagaruyung (Minagkabau) yang menyebarkan agama
islam. Mereka adalah Umpu Belunguh, Umpu Pernong, Umpu Bejalan Diway,
Umpu Nyerupa.”Umpu” berasal dari kata “Ampu”. Dan “Ampu” ini tertulis di
batu pagaruyung yang bertahun 1358 M. “Ampu Tuan” ialah sebutan bagi
anak-anak raja (Prina) di Minangkabau. Di sekala brak mereka bertemu
Sibulan, yang kemudian menyertai mereka menaklukkan suku Tumi. Keempat
Umpu itu, setibanya di skala brak pun mendirikan sebuah perserikatan
bernama Paksi Pak (Empat serangkai). Mulai saat itu, berkembanglah Islam
di skala brak. Dan penduduk yang tidak mau memeluk islam melarikan diri
ke-arah pesisir Krui, menyeberang ke Jawa, dan ke Sumatra selatan.
Langkah brilian yang diambil oleh ke-empat umpu juga menebang kayu
pujaan dan dijadikan “Pepadun” .
Kesepakatan keempat kepaksian untuk tetap eksis sampai akhir zaman, dan
memiliki ciri sebagai symbol dalam lambang dari masing paksi:
1. UMPU NYERUPA : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman, lamon
nyawa khik lamon jelma (Lambang ni Kenui Bahuta/ Elang Bahuta)
2. UMPU PERNONG : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman, jadi
pemimpin cerdik pandai (Lambang ni kijang melipit tebing)
3. UMPU BELUNGUH : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman khik
kaya (Lambang ni pakhku sukha)
4. UMPU BEJALAN DIWAY : Sekam tetap haga jadi raja sampai akhir jaman
khik berdikari ( lambang ni cambai mak bejunjungan)
Setelah skala brak ditaklukkan, maka daerah tersebut dibagi empat,
kemudian diperintah oleh Paksi Pak. Paksi Pak kemudian dipecah lagi
menjadi marga-marga. Dan masing-masing marga memperkuat dengan
besluit-besluit (ketetapan) Raadmarga, yang kemudian secara keseluruhan
merupakanKEWEDANAAN KRUI.
Diposkan oleh PAKSI BUAY NYERUPA di 08:48
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
LINK
http://sultanskalabrak23.blogspot.com
http://paksibejalandiway.blogspot.com/
http://buaypernong.blogspot.com
http://kerajaan-indonesia.blogspot.com/
JEJAK TAMU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar