Selasa, 26 Juli 2011
BANDAR ULU KRUI
Asal
usul dan Sejarah perkembangan Pekon Ulu Krui merupakan bagian dari asal
usul dan sejarah perkembangan sub-suku Lampung yang mendiami Peminggir
Pantai bagian Barat Provinsi Lampung, yaitu SUKU KRUI. Identitas suku
Bangsa Lampung ditandai dengan sumber kehidupan dan atau kebutuhan
sehari – hari, yaitu Sungai dan atau Lahan Pertanian.
Suku Abung adalah Orang Lampung yang menetap di sekitar aliran Way Abung. Suku Tulang Bawang merupakan Orang Lampung yang tinggal di perairan Way Tulang Bawang. Suku Pubiyan menetap di sekitar aliran Way Pubiyan. Demikian pula Suku Krui adalah Orang Lampung yang menetap di perairan Way Krui. Sejarah Suku Krui merupakan kelanjutan dari sejarah PAKSI PAK TUNGKOK PEDANG, yaitu;[1]
1. BUAY BULAN (Puyang Sakti bin Puyang Naga Berisang).
2. BUAY NUWAT (Puyang Serata di Langit).
3. BUAY SEMENGUK (Puyang Pandak Sakti).
4. BUAY AJI (Puyang Kuasa bin Puyang Rakihan sakti).
Setelah Paksi Pak Skala Brak berdiri, Paksi Pak Tungkok Pedang membubarkan diri dan pindah ke daerah Ranau,
Komering Ulu. Dari daerah Komering tepatnya di Liba Haji, Paksi Pak
Tungkok Pedang menyebar di daerah Lampung Sekarang. Sebagian menuju
daerah pantai dan beradat PEMINGGIR, lainnya menuju daerah Pedalaman
melanjutkan tradisi adat PEPADUN.
Suku Lampung yang menuju ke daerah Pantai dipimpin oleh RATU BUAY BULAN[2].
Suku Lampung yang menetap di aliran Way Krui adalah Keturunan Buay
Bulan Jurai RATU di ALAM GEDAH bin Puyang NAGA BERISANG beradat
Peminggir. Sedangkan Suku Lampung yang menetap di sekitar aliran Way
Semaka adalah keturunan Buay Bulan Jurai RATU di PEMANGGILAN. Dari
daerah Semaka Jurai Ratu di Pemanggilan menuju aliran Way Rarem dan
terakhir menetap di aliran Way Tulang Bawang, beradat Pepadun.
Oleh karena itu Suku Peminggir KRUI
dikelompokkan serumpun dengan suku KOMERING yang berasal dari daerah
LIBA HAJI, Muara Dua, Komering Ulu. Sebelum menetap di Liba Haji suku
ini merupakan penghuni Skala Brak dari keluarga PAKSI PAK TUKKOK PEDANG.
Dari keempat Paksi ini, hanya ada 3 (Tiga) Punyimbang Paksi yang menetap di sepanjang aliran Way Krui, yaitu keturunan;
1. Klan Puyang Serata di Langit (Tulut Orang Dunia), menetap di Ulu mendirikan Kampung ILAHAN.
2. Puyang Naga Berisang (Ki Demang Surabaya bin Ratu di Alam Gedah), menetap di Tengah mendirikan Kampung KRUI.
3. Puyang Rakihan Sakti.
Sementara
keturunan Buay Semenguk menetap di aliran way yang berada di sekitarnya ,
sebagian pindah ke daerah Way Semaka mengikuti Klan Puyang Ratu
Pemanggilan.
Nama
Kampung KRUI diilhami dari daerah yang banyak tumbuh Kaur berduri
ketika Paksi Pak Tungkok Pedang menghalangi Perompak Cina yang akan
masuk ke daerah Skala Brak pada tahun 1340 M.[3]
Pada
masa DALOM WAY URANG bin Ki Demang Surabaya, nama Kampung Krui diubah
menjadi Kampung GEDUNG CAHYA. Perubahan ini disebabkan Kampung Krui
terkena abrasi aliran Way Krui purba. Sehingga Kampung Krui pindah
sedikit ke hilir dan berganti nama Kampung Gedung Cahya.
Priode
selanjutnya banyak suku suku dari daerah Ranau yang bermukim di sekitar
aliran Way Krui. Karena Kampung Ilahan di Ulu tidak berkembang, maka
keturunan Orang Dunia pindah dan bergabung dengan Krui. Sehingga nama
Kampung Krui berubah menjadi Kampung ULU KRUI.
Catatan
Belanda menyebutkan bahwa daerah Ulu Krui dipimpin oleh Ki Demang
Surabaya. Suku suku yang mendiami Bandar Ulu Krui adalah;
1. * Suku Gunung.
2. * Suku Raja.
3. * Suku Marga
4. * Suku Bumi.
Sistem
pemerintahan Ulu Krui berjalan baik yang dilengkapi Balai Kratun yang
terletak di pertemuan aliran Way Gunung dan Way Krui. Pada masa
pemerintahan Gubernur Jendral Sir Stanford Raffles, Krui digabungkan
dengan Keresidenan Bengkulu dengan nama Afdeeling Krui dengan pembagian
Pesisir Utara, Pesisir Tengah dan Pesisir Selatan
Pada masa
penjajahan Belanda Ulu Krui diperintah oleh keturunan Rakihan Sakti.
Tetapi pemerintahan ini terlalu lemah sehingga pada tahun 1928 ketika
pembentukan marga marga Pesisir Barat oleh pemerintahan Hindia Belanda
pada tahun 1930, Ulu Krui berbentuk Marga. Atas dukungan dari Suntan
Akbar Sukau, Marga Ulu Krui dipimpin oleh Japilus. Di penghujung
pemerintahan Belanda pada masa Krui diperintah asisten Residen
(Kontroler) O.L Helfrich, Kampung Gedung Cahya berganti nama Sukaraja.
Setelah
Indonesia merdeka, eks Kewedanaan Krui kembali ke pangkuan Ratu Pak di
Lampung. pada tahun 1966 Abdullah Syurkati Buay Bulan dan Buay Aji
mengambil hak ulayat warisan nenek moyang mereka Tanah Ulu Krui. Sejak
saat itu Ulu Krui menjadi desa dibawah pimpinan Kepala Desa H. Khaliq,
dengan wilayah meliputi;
1. * Suka Raja (Gedung Cahya).
2. * Suka Marga (Kamal).
3. * Kampung Baru dan sebagian daerah Kejadian.
Atas jasa masyarakat Krui dalam mewarnai adat budaya Lampung, Gubernur Lampung Zainal Abidin Pagar Alam merenovasi total masjid tua dekat Balai Kratun Ulu Krui di Sukaraja-Ulu Krui, yaitu MASJID NURUL IMAN, Krui.
ass.wr wb..kheno balak na sejarah tegak ni kekhui,.kik kheno,nitip lohot pai,tulung ucak kon di Pun Edwar,ki putungga jalma sai gekhal na Novan Saliwa,tulung panggol pai,ulih kecawa,an na sai khadu2 trutama mengenai kekhui,injuk sumang nihan. Kheno puakhi yu. Wslm.
BalasHapus